Tiga kurcaci bernama Pio, Popo, dan Poli, tinggal di sebuah rumah yang berada jauh di dalam hutan. mereka hidup bahagia karena ereka tidak pernah kekurangan apapun. sayur dan buah mereka tanam sendiri, mereka juga menjaga kebersihan sungai agar air sungai tetap bersih dan bisa diminum.
Setiap pagi Pio dan Popo membersihkan ladang, mereka bekerja hingga sore hari untuk membersihkan sekitar ladang, membuang daun-daun kering, dan memotong beberapa tanaman yang dahan nya rusak. Sedangkan Poli bertugas
mengurus rumah. Ia yang membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan memasak
untuk makan malam mereka.
Suatu hari ketika Pio, Poli, dan Popo sedang makan pagi, terdengar suara orang yang mengetuk pintu. ternyata ia adalah Seorang nenek tua yang berdiri di depan pintu rumahnya .
"Boleh kah aku meminta segelas air? aku sangat kehausan. aku berjalan dari hutan seberang, mencari kayu bakar namun aku tersesat dan tidak menemukan sungai sepanjang perjalananku." kata Nenek itu dengan suara agak parau.
"tunggu sebentar akan aku ambilkan untukmu." Kata Poli
setelah sang Nenek tua itu di berikan minum, nenek tua itu berterimakasih dan pamit untuk berjalan kembali pulang menuju rumah nya.
Pio dan Popo yang hendak berangkat ke ladang pun akhirnya berjalan bersama sang nenek tersebut. di perjalanan mereka membicarakan banyak hal. sampai lah mereka di ladang, maka mereka akan berpisah dengan si Nenek tua tadi, sebelum berpisah sang nenek memberikan sebuah buku sebagai tanda terimakasih kepada Popo, Pio dan Poli.
" buku ini aku berikan kepada kalian, jaga lah buku ini baik-baik dan jangan sampai buku ini menjadi milik orang lain. ini sebagai tanda terimakasih ku kepada kalian yang telah memberiku air. " kata sang Nenek
Popo dan Pio menerima buku yang di berikan oleh sang Nenek, dan mengucapkan terimakasih kepada nenek tersebut.
setelah sore hari, Pio dan Popo pulang kerumah dan menceritakan apa yang mereka dapatkan kepada Poli. Poli pun membuka buku tersebut dan ia terkejut karena buku tersebut ternyata adalah sebuah buku yang penuh dengan matera-mantera.
Poli membaca mantera itu satu persatu, kemudian ia mulai tertarik pada sebuah mantera yang berbunyi, "Cara
menyihir sapu yang
bisa menyapu sendiri."
"Nah, ini dia!" sorak Poli gembira. Ia mengambil sapu dan
meletakkannya di lantai. Kemudian, ia membaca mantera dengan suara
nyaring, "Swing! Swung! Swang! Fal, la la, Plop!"
Ketika Poli menyerukan plop! Tiba-tiba terdengar suara letusan
keras. Tubuhnya diselimuti asap tebal bergumpal-gumpal. Astaga?
Ternyata, ia salah
menyulap. Bukan sapu yang berubah menjadi sapu ajaib. Tetapi, dirinya yang berubah menjadi seekor kucing putih. Poli merasa sangat ketakutan.
"Oh, apa yang harus kulakukan?" ujar Poli sedih. Karena bingung dan sedih Poli tidur melingkar di dekat tungku api.
kemudian Pio dan Popo yang melihat Poli berubah menjadi kucing, tertawa menertawakan Poli.
"Meooong ..." sahut Poli yang kini berubah jadi kucing. Ia melonjak-lonjak dan menggapai-gapai kaki Popo.
"Oh, rupanya ada kucing yang nyasar ke sini. Hush! Hush! Pus, Ayo keluar!" kata Popo
Poli terpaksa keluar sambil mengeong sedih. "Hm, ada apa dengan Poli,
ya?" Popo bertanya-tanya dalam hati. Tiba-tiba ia melihat sebuah buku
tergeletak di lantai dan ia teringat mantera yang tadi.
"Sebuah buku mantera? Mungkinkah Poli telah salah menyulap?" ujar Popo pada Pio
"Astaga? Kalau begitu kucing itu mungkin Poli!" ujar Pio.
Mereka segera berlari ke luar rumah untuk mencari kucing itu. Ternyata,
kucing itu tidur melingkar di luar pintu dapur.
"Benarkah kau Poli?" tanya mereka.
"Meong, meong ..." sahut Poli mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ayo kita cari mantera untuk mengembalikan Poli ke wujud asalnya," saran Pio.
Kedua kurcaci itu segera membalik-balik halaman buku mantera. Akhirnya, mereka menemukan sebuah mantera.
"La la fal! Swang! Swung! Swing! Plop!" teriak Popo. Terdengarlah
letusan keras. Sementara tubuh kucing itu diselimuti gumpalan asap
tebal. Setelah asap itu menghilang, Poli muncul di hadapan mereka. Ia
sudah berubah jadi kurcaci lagi.
"Oh, gara-gara malas bekerja aku nyaris jadi kucing" ujar Poli
menyesal. Kemudian ia berkata malu-malu, "Maafkan aku. Aku berjanji akan
selalu rajin mengerjakan tugasku."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar